31 Desember 2007

Tips: Catatan Akhir Tahun


There are just a few hours left in 2007 and the holiday season is here. Now is a good time to take a look back at what's happened over the past year. Here is a short exercise that you can complete in about 30 minutes. It will enable you to:
* Celebrate your achievements over the past year
* Look at what you would like to achieve but didn't
* Figure out what you want to achieve in 2008
* Start planning specific ACTIONS that you need to take in order to achieve your goals

30 MINUTE WRAP-UP
1. Find somewhere quiet and comfortable to sit, and have a notebook and pen to hand.

2. Make a list of all your achievements this year - no matter how small. You may well be surprised at how much you have achieved! If you can't remember all the things that you achieved, how about doing a mini-review at the end of every month in 2008? This way, you can write down your achievements each month and celebrate - why wait until the end of the year?

3. Make a list of anything that you wanted to achieve in 2007 but didn't. Review the list, and see if you can figure out what stopped you from achieving each goal:
* What actions could you have taken to achieve the goals?
* Did you REALLY want to achieve them that much, or were they things that others expected of you? Very often, we fail to meet goals if they are not OUR goals, but someone else's expectations.
* Let go of all the things that didn't go as you expected them to, and appreciate what you HAVE achieved this year. If there are still things that you want to complete, put actions in your diary to complete them.

4. Make a list of things that you want to achieve in 2008. Each goal needs to be SMART:
Specific Measurable Attainable Realistic Timed (within a given Timeframe)

5. For each goal that you want to achieve, make a list of specific ACTIONS that you need to take in order to achieve them.

6. Plan time in your diary to take these ACTIONS - a goal is nothing without ACTIONS to make it happen. This point is really important if you are serious about reaching your goals. If you don't commit to taking ACTION, nothing will happen. Even taking just ONE small step a day towards a goal will pull you forwards and give you momentum. SUCCESS FORMULA: Goals + Plans + Actions + Intention = SUCCESS!

Good luck with your goals in 2008, and enjoy the holiday period.


Picture: gilroydiaries.co.za

Dapatkan 1001 tips lainnya di http://www.serambi-tips.co.nr/

27 Desember 2007

Jual Motor: Honda Supra Fit 100cc 2007



Product:
Dijual Motor Hadiah dari Jam Guess, Honda Supra Fit 100cc baru 2007, warna Hitam, STNK atas nama sendiri, dijual dibawah harga pasar, On The Road Rp. 10.500.000 saya jual Rp. 9jt aja (nego).


Specification:
Berikut adalah data spesifikasi teknis Fit X:
Panjang X lebar X tinggi: 1.907x702x1.069 mm
Jarak sumbu roda: 1.234 mm

Jarak terendah ke tanah: 147 mm
Berat kosong: 99.4 kg
Tipe rangka: Tulang punggung
Tipe suspensi depan: Teleskopik
Tipe suspensi belakang: Lengan ayun dan peredam kejut ganda
Ukuran ban depan: 70/90 - 17M/C 38P
Ukuran ban belakang: 80/90 - 17M/C 44P
Rem depan: Cakram Hidrolik, Piston ganda
Rem belakang: Tromol
Kapasitas tangki bahan bakar: 3,7 liter
Tipe mesin: 4 langkah, SOHC, pendinginan udara
Diameter x langkah: 50 x 49,5 mm
Volume langkah: 97,1 cc
Perbandingan kompresi: 9,0 : 1
Daya maksimum: 7,3 PS/8.000 rpm
Torsi maksimum: 0,74 kgf.m/6.000 rpm
Kapasitas minyak pelumas mesin: 0,70 liter pada penggantian periodik
Kopling Otomatis: Ganda, otomatis sentrifugal, tipe basah
Gigi transmsi: 4 kecepatan, bertautan tetap
Pola pengoperan gigi: N-1-2-3-4-N (rotari)
Starter: Pedal dan elektrik
Aki: 12 V; 3,5 Ah
Busi: ND U20FS, U22FS-U ; NGK C6HSA, C7HSA
Sistem pengapian: AC-CDI, Magneto


Contact Person:
Yohanes +62816-1426431

21 Desember 2007

Dari Hati: Dunia Penuh Orang-orang Yang Malang

Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, saya melihat mereka di sudut jalan Rajawali dan Sentani - Jakarta Pusat. Sekeluarga, ada dua laki-laki dewasa, seorang ibu tua dan dua orang anak-anak perempuan dan laki-laki. Mereka sambil bercanda bercengkerama penuh kehangatan menikmati sarapannya. Beralas tas kresek plastik, tiga bungkus nasi yang masih hangat mengepul mereka santap bersama. Kebahagiaan nampak menggayuti wajah mereka. Padahal……They’re just a bunch of vagabonds.

Setibanya di kantor, sambil menikmati sarapan default mie ayam AMDI, otak terus muter. Di metropolis ini, saya yakin banyak orang seperti mereka. Orang-orang malang, tidak seberuntung kita yang punya tempat berteduh, terkadang penuh sederhana dan mungkin bukan milik sendiri.

Sejenak tergugah niat untuk sekedar membantu, tapi tidak tahu bagaimana melakukannya. Kadang juga “mimpi” bikin suatu lembaga sosial. Mungkin nggak sebesar Dompet Dhuafa apalagi club seperti Lions. Mungkin awalnya mengumpulkan “modal” dari saweran teman-teman se-ide, toh ada beberapa komunitas yang saya ikutan di dalamnya. Mungkin sekalian menyalurkan yang 2,5% itu. Mungkin, mungkin dan mungkin. Tapi yah itu cuma mimpi. Memang nggak mudah mengumpulkan “kepala” dan “mulut” banyak orang.

Dulu pernah sih ketemu teman yang seide, tapi belakangan nih orang pindah ke pulau lain. Jadi kabur lagi deh cita-cita suci nan mulia ini…ceilee…..:)…..he…he….
Akhirnya, saya “cuma” bisa berdoa (klise ya?!), semoga “Rasul menyuruh kita mencintai anak yatim dan mengasihi orang miskin” bukan cuma jadi syair lagu yang pernah dibawakan Bimbo, yang meskipun usang selalu diputar ulang di TV ketika Ramadhan tiba.


Mari dengan rata, kita bagi cahaya mentari...


(Syam Wasito)

11 Desember 2007

Dari Hati: P J K A

Let’s talk about love. Sebuah tema universal yang tak lekang oleh jaman.
Belakangan sedang nge-trend istilah PJKA dikalangan rekan-rekan penulis. Bukannya Perusahaan Jawatan Kereta Api, melainkan “Pulang Jumat, Kembali Ahad”.

Karena sang suami atau istri yang berdomisili di kota lain, maka rekan-rekan tersebut rela menjalani “gaya hidup” yang bernilai ibadah ini. Ada yang bawa mobil sendiri, naik PJKA betulan, bahkan naik bis regular non-PATAS. Asalkan weekend tiba, mereka rela crossing the miles, menempuh jarak berkilo-kilo meter jauhnya untuk menemui “pasangan jiwa”nya masing-masing. Nggak ada istilah capek badan, nggak kenal istilah “berat di ongkos”, meskipun di hari seninnya biasanya mata ngantuk berat serasa di-lem.

Ada bermacam hal yang menjadi alasan. Mayoritasnya karir dan kesempatan yang lebih luas. Pada awalnya hal ini mungkin adalah pilihan yang sulit, antara cinta dan pekerjaan. Dan sebagian besar dari mereka juga menyadari kalau keduanya laksana bola dalam genggaman tangan. “Pekerjaan” adalah bola “karet”, yang memantul dengan cepat ketika lepas dari genggaman, dan “cinta” adalah bola “kaca” yang akan pecah bila terjatuh. Namun akhirnya mereka telah memutuskan jalannya, sepanjang dapat menjaga keduanya agar tak terjatuh.

“Penderitaan” ini bisa dianggap sebagai salah satu wujud cinta sejati, cinta seorang suami pada sang istri, yang tentu saja lebih nyata dari cinta Arwen pada Aragorn dalam kisah trilogy TLOTR. Indah memang. Dan mungkin hanya mereka yang menjalaninya yang dapat memahami. Yang jelas kebesaran hati dan kepercayaan yang tinggi akan senantiasa yang mendasari. Salut buat PJKA! (Syam Wasito)

19 November 2007

Dari Hati: Nggak Level?


Suatu sore, sekitar 5 meter dari mulut gerbang kantor, sebuah sedan Peugeot 406 silver nyaris menyerempet seorang tukang ojek sepeda.
Serta merta nih tukang ojek bersumpah serapah menyebut nama-nama semua hewan di kebun binatang sambil mengacung-acungkan tangan.

406 pun berhenti. Seorang ibu muda in her late 30’s, membuka kaca jendela & melongokkan kepalanya keluar. Pakai blazer & make up minimalis, typical wanita kantoran. Dia ucapkan maaf, kemudian diam sejenak melihat si tukang ojek yang belum selesai juga “ngabsenin” nama-nama hewan itu. Dari raut mukanya, si ibu kelihatan ingin “berdamai”.

Bukannya berpihak, tapi penulis melihat sendiri kalau yang salah sebenarnya adalah si tukang ojek yang jalannya “nyleot-nyleot” layaknya si empunya raya Gaya Motor I ini.

Si ibu kemudian menutup kaca dan menjalankan mobilnya lagi, meninggalkan si pemilik kebun binatang yang ceriwisnya belum kelar-kelar juga :)

Banyak alasan yang coba penulis tebak. Mungkin dia orang yang malas ribut & lebih memilih “ngalah”. Atau 1001 alasan lain. Tapi menurut penulis, ibu ini patut diacungi jempol. Kenapa sih kita musti ribut ama orang yang nggak bisa diajak ngomong? Anggap saja orang rese’ ini dari sisi intelektualitas nggak level kita. Haruskah kita buang intelektualitas & downgrade ikut-ikutan ribut dan menyebut nama-nama hewan pula? Mendingan nyebutin nama-nama tumbuhan deh, biar lebih lama “ngabsen”nya. (Syam Wasito)

“ya Tuhan, ampunilah hamba-Mu yang sok industrialis & intelektual ini…”

Peace, Say No to War

14 November 2007

Dari Hati: It’s All About The Money


Membaca judul tulisan ini mengingatkan pada sebuah judul lagu yang dibawakan oleh Meja pada pertengahan era 90-an.

Sebenarnya mungkin hal inilah yang menjadi motif hidup kebanyakan manusia modern. Bekerja membabi buta memeras otak dan memelintir otot atau kalau orang bule istilahkan “like eager beaver”.

Semua dilakukan untuk mendapatkan “uang lebih”. Macam-macam istilah dipakai untuk memperhalusnya: kesempatan berkarir atau kehidupan yang lebih baik. Semuanya sah-sah saja asalkan masih dalam koridor “halal” dan baik (biasanya disebut thoyib, seperti nama guru agama di kampung dulu :)).

Mari kita coba berpikir dari sudut yang lain, out of the box.
Beberapa bulan yang lalu sambil berboncengan motor, penulis sempat ber-dialog utara selatan (ngomong ngalor ngidul) dengan seorang rekan sepulang kantor.

Kami bercerita tentang cita-cita, impian dan rencana ke depan. Rekan ini dengan sangat bersahaja berkata bahwa dimanapun kita bekerja, yang penting adalah memberikan yang terbaik. Karena menurut dia pekerjaan dan karir sekedar “alat”, artinya kedua hal tersebut bukanlah “tujuan”.

Sejenak penulis terhenyak. Nggak tau musti komentar apa. Ucapannya yang cukup simple itu membawa perenungan yang dalam. Penulis jadi sadar kalau di dunia ini kita cuma sekedar “mampir minum”. Oh, alangkah tentramnya hidup rekan ini, dengan segala kesadarannya. (Syam Wasito)

“…untuk dia yang sedang menanti kelahiran putra pertamanya…”
Picture: www.masternewmedia.org - Photo credit: Cristian Andrei Matei

13 November 2007

Dari Hati: Mak Comblang


Entah bagaimana ejaan yang benar, ada yang bilang Mak Jomblang memakai huruf “J”, bukan “C”. Tapi bukan masalah “berbahasa” yang baik & benar yang ingin saya tulis disini.
Tadi malam ada sejumput perasaan gembira dan haru dalam hati saya. Seorang sahabat yang telah sekian lama “menanti” saat-saat indah bertemu “pasangan jiwa”-nya -entah siapa & entah dimana- tiba-tiba dia sms saya.

“Om, aku kmrn sdh telp. dia, Alhamdulillah omongan kami nyambung & gak kaku-2 amat. Thx ya. Smoga ini adlh dia.”

Pesan singkat, tapi penuh makna. Dua minggu yang lalu saya memperkenalkannya dengan seorang family jauh. Yang kebetulan dia juga sedang “menanti”.
Saya coba cross check ke pihak lawan. Ternyata benar, “nyambung”. Family saya kelihatan begitu bahagia. Sudah lama saya tidak melihatnya se-ceria malam ini. She looked so happy. Matanya berbinar, ada secercah harap disana.

Memang masih terlalu premature untuk menyimpulkan ending story-nya. Ini kan masih tahap paling awal: kenalan. Lagipula jodoh, rizqi dan maut bukanlah urusan kita. Semua adalah bisnis-Nya.

Tetapi ada kebahagiaan tersendiri bisa “membantu” mempertemukan mereka. Apalagi bila menengok beberapa tahun ke belakang. Saya dapatkan dia, yang ada di hati saya sekarang, juga dari seorang Mak Comblang. Inilah yang membuat haru. Segala kejadian berulang kembali, tahap demi tahap. Bukan déjà vu, tapi lebih mirip “reuni”.

Saat itu, sang Mak Comblang -adik saya- membuat hipotesa sendiri. Menurut dia memperkenalkan seseorang adalah pahala, dan kalau ternyata berjodoh berarti ada 2 pahala. Dia memang suka “mengarang”. Tapi biarlah, saya juga ingin “meneruskan” karangannya itu.

Saya ingin meneruskan dan berbagi kebahagiaan yang telah saya rasakan 5 tahun yang lalu hingga saat ini dengan sahabat yang lain, yang sedang “menanti” pasangan jiwanya. Saya ingin mendapatkan “pahala” itu. Semoga 2 pahala sekaligus. Amin. (Syam Wasito)

Hidup nepotisme! :)