26 September 2010

Dari Hati: Akhirnya, Teknologi Jadi Penolong

Meskipun sudah berkecimpung hampir 15 tahun di dunia IT (kuliah & kerja), tapi saya bukanlah orang yang terlalu menggilai teknologi. Jadi ketika banyak sahabat yang bertanya, "Account Facebook-mu opo, Syam?" Dengan enteng saya menjawab, "Nggak nduwe, rek...". Wah macam-macam reaksinya. Ada yang spontan menyibir, "Cik medhite' rek!". Dia bilang saya pelit ndak mau bagi-bagi account facebook. Sebagian besar tidak percaya, search sendiri dan hasilnya memang hingga hari ini saya belum punya account Facebook ini :) Ada juga account Friendster lama saya yang sudah mulai ditinggalkan umatnya.


Begitu juga ketika Blackberry mulai booming di negeri ini. Teman-teman banyak yang tanya PIN BB saya. Saya jawab (sekali lagi), "Nggak nduwe, rek. Kalau PIN ATM bijimane? Gelem tah?". Sampai akhirnya policy di company tempat saya melaut mengais rejeki mewajibkan setiap jabatan struktural tertentu untuk memakai gadget smartphone ini, untuk kemudahan komunikasi dgn fitur push mail dan pengambilan keputusan yang lebih cepat dgn fitur BB Messenger nya.


Bukannya saya anti social, anti kemapanan atau anti kemajuan - tapi saya berpandangan bahwa sepanjang belum terlalu saya butuhkan, maka saya memilih untuk tidak menggunakan teknologi tsb. Hingga pada suatu kesempatan saya baca tulisan Prof. Richardus Eko Indrajit "CARA CEPAT UPDATE PENGETAHUAN". Tulisan ini berisi kiat agar praktisi IT dapat stay update dan bertahan di dunianya yang bergerak sangat cepat itu. Mulai-lah saya membuat account Twitter, trial aplikasi-aplikasi yang ada di BB, langganan E-Newsletter dari TechRepublic dan seterusnya.


Saat musim Mudik lalu barulah saya merasakan manfaat dari teknologi ini. Mobil kami sekeluarga sempat "tersesat" saat perjalanan dari Malang menuju Nganjuk, Jawa Timur. Jalan-jalan utama banyak yang ditutup dan lalu lintas dialihkan ke jalur alternatif. Disini petualangan di mulai. Di awal perjalanan saya sudah berinisiatif untuk memantau kepadatan lalin dengan follow Twitter lokal seperti @InfoMalang dst. Tapi ada saatnya kita tidak dapat terlalu tergantung pada community ini. Tidak hanya community virtual (Twitter), tapi juga community yang real world. Maksudnya, saya sebagai co-pilot dan navigator di mobil tsb tidak bisa terus-menerus bertanya pada warga lokal di sepanjang jalan yg saya jumpai. Karena selain susah ketemu orangnya (hari sudah menjelang malam dan di pedesaan jarang sekali ada orang-orang yang nongkrong di depan rumah), juga karena wilayah Nganjuk yang cukup luas - tak heran bila tidak semua warga hafal arah yang kita tanyakan.

In the last minute, saat kami mulai desperate - barulah teringat kalau di BB saya ada aplikasi Google Maps. Dan Alhamdulillah, alamat yang kami cari dapat ditemukan. Dan kombinasi sukses Om BlackBerry dan Tante Google Maps ini diakhiri dengan habisnya battery BB tepat saat mobil memasuki garasi rumah di Surabaya. Wah pas banget ya... Dengan segala kemudahan teknologi ini, pantesan bila TGIF yang di Amrik sono tadinya berarti Thanks God It's Friday mulai berubah menjadi Twitter Google IPhone Facebook.


(Syam Wasito)

Picture: www.feedberry.com, gdgtgw.com, ericdavidgreenspan.files.wordpress.com

18 September 2010

Travel: Kartika Wijaya Heritage Hotel - Batu

Kota Batu dikenal umum sebagai kota apel. Tidak cuma udaranya yang sejuk dan segar, namun juga panorama bebukitan hijau Panderman yang cantik menjadi daya tarik kota kecil ini. Bila Anda berkesempatan mampir di Batu, ada banyak object wisata di sekeliling kota yang bisa dikunjungi. Sebut saja Sengkaling, Selecta dan Songgoriti yang sudah dikenal dari tempo doeloe. Adapula next generation seperti Jatim Park 1 & 2, dan Batu Night Spectacular (BNS). Satu hari tak akan cukup untuk menjelajahi tempat-tempat menarik tsb.


So, butuh tempat bermalam? Coba saja Kartika Wijaya Batu Heritage. Hotel yang terletak di jantung kota ini dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dari kota Malang, jaman opa-oma dulu dikenal sebagai Kleine Schweiz atau Little Switzerland. Mungkin karena arsitektur bangunannya, terutama area Lobby yang bergaya kuno. Jadi ingat bentuk Loji-loji (rumah bangunan jaman Belanda, biasanya terletak di pinggir jalan raya besar).

Ada 79 kamar dengan 3 pilihan kelas (Junior Suite, Superior dan Deluxe). Saya berkesempatan mencoba kelas Deluxe pada libur lebaran lalu. Simple dan bersih seperti hotel kebanyakan. Nuansa lebaran telah terasa sejak masuk pintu kamar. Ada hiasan bedug kecil + ketupat. Di sudut meja rias ada welcome snack dan roti unyil berhias ketupat di tepi keranjang dan toples-nya.



Jangan berharap Anda menemukan AC di dalam ruangan hotel yang terletak 900 meter di atas permukaan laut ini. Karena dinginnya hawa pegunungan pun sudah cukup menyejukkan suasana liburan Anda. Pun begitu Anda membuka jendela kamar, Wow...deretan bukit hijau yang dihiasi kabut tipis mulai turun menyentuh kota. Nun jauh pohon cemara, pinus dan kelapa berbaris berjajar seakan jadi pagar hotel yang luasnya 2 hektar itu.


Ada fasilitas kolam renang, Restaurant Majapahit dan Coffe Shop Brawijaya yang buka 24 jam. Jangan lupa pesan Wedang Ronde nya ya...

Mau coba? Alamat lengkapnya di Jl. Panglima Sudirman 127 Batu - Jawa Timur. Atau via telp (62-341) 592600 atau email hotinfo@kartikawijaya.com

(Syam Wasito)