13 November 2007

Dari Hati: Mak Comblang


Entah bagaimana ejaan yang benar, ada yang bilang Mak Jomblang memakai huruf “J”, bukan “C”. Tapi bukan masalah “berbahasa” yang baik & benar yang ingin saya tulis disini.
Tadi malam ada sejumput perasaan gembira dan haru dalam hati saya. Seorang sahabat yang telah sekian lama “menanti” saat-saat indah bertemu “pasangan jiwa”-nya -entah siapa & entah dimana- tiba-tiba dia sms saya.

“Om, aku kmrn sdh telp. dia, Alhamdulillah omongan kami nyambung & gak kaku-2 amat. Thx ya. Smoga ini adlh dia.”

Pesan singkat, tapi penuh makna. Dua minggu yang lalu saya memperkenalkannya dengan seorang family jauh. Yang kebetulan dia juga sedang “menanti”.
Saya coba cross check ke pihak lawan. Ternyata benar, “nyambung”. Family saya kelihatan begitu bahagia. Sudah lama saya tidak melihatnya se-ceria malam ini. She looked so happy. Matanya berbinar, ada secercah harap disana.

Memang masih terlalu premature untuk menyimpulkan ending story-nya. Ini kan masih tahap paling awal: kenalan. Lagipula jodoh, rizqi dan maut bukanlah urusan kita. Semua adalah bisnis-Nya.

Tetapi ada kebahagiaan tersendiri bisa “membantu” mempertemukan mereka. Apalagi bila menengok beberapa tahun ke belakang. Saya dapatkan dia, yang ada di hati saya sekarang, juga dari seorang Mak Comblang. Inilah yang membuat haru. Segala kejadian berulang kembali, tahap demi tahap. Bukan déjà vu, tapi lebih mirip “reuni”.

Saat itu, sang Mak Comblang -adik saya- membuat hipotesa sendiri. Menurut dia memperkenalkan seseorang adalah pahala, dan kalau ternyata berjodoh berarti ada 2 pahala. Dia memang suka “mengarang”. Tapi biarlah, saya juga ingin “meneruskan” karangannya itu.

Saya ingin meneruskan dan berbagi kebahagiaan yang telah saya rasakan 5 tahun yang lalu hingga saat ini dengan sahabat yang lain, yang sedang “menanti” pasangan jiwanya. Saya ingin mendapatkan “pahala” itu. Semoga 2 pahala sekaligus. Amin. (Syam Wasito)

Hidup nepotisme! :)

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar