19 Februari 2010

Dari Hati: To Take and To Give


Pernahkah rekans merasa ada seseorang yang dalam hidupnya selalu “merepotkan” kehidupan rekans?
Yaitu orang-orang yang selalu meminta tolong, meminta bantuan, sehingga membuyarkan rencana-rencana kita, bahkan merusak hari-hari kita - dengan tumpukan permintaan tolong mereka - atas hal-hal yang mereka tidak dapat kerjakan sendiri, hingga pada akhirnya hal-hal tersebut menjadi “tugas tambahan” bagi kita.

Jika rekans menjawab “Ya”, bagaimana rekans menyikapinya?

Dulu sewaktu di SMP di Surabaya, saya seringkali mendengar kalimat “to take and to give” dari Ibu Wido, guru mata pelajaran PMP sekaligus wali kelas. Beliau selalu mengingatkan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Memberi is much better than meminta.

Kembali ke pertanyaan di atas, menurut saya orang-orang yang hobinya “ngerepoti” kita ini sebenarnya sangat berjasa lho pada kita. We have to thank them for all of this stuff.

Kenapa?
Karena mereka adalah ladang “pahala” bagi kita, asalkan…di saat kita membantu - mengatasi kerepotan mereka ini - disertai dengan keikhlasan. Ikhlas hanya mengharap ridho-Nya, bukan pamrih yang lain – misalnya anggapan bahwa kita menanam budi atau menabung “pertolongan” pada mereka dengan harapan someday nih mereka juga akan membantu kita disaat kita juga sedang mengalami “kerepotan” dan perlu pertolongan balik dari mereka.

Ini pikiran yang kurang pas. Sebab belum tentu mereka dapat atau mampu membantu kita – disaat kita perlu. Alih-alih pahala, malahan sakit hati yang akan kita dapati.

Yuk, mari berlapang dada menghadapi “ladang pahala” kita ini…


Have a fabulous Friday, Everyone!

(Syam Wasito)

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar